Welcome To My Blog Have A Nice Day

Jumat, 25 November 2011

THE FROG


By Asih Diani Puspitasari

Tiana merupakan gadis miskin, Ibunya Eudora selalu bermimpi memiliki sebuah restoran megah. Namun keuangan mereka yang serba pas-pasan membuatnya harus berusaha mati-matian meraih mimpinya.
Dialog 1      Eudora     : “Andai aku jadi Gayus, uangku pasti banyak. Bisa buat beli restoran bahkan rumah mewah. Nggak tinggal di gubuk reyot kayak gini!”
Dialog 2      Tiana        : “Mimpi aja kale…”
Dialog 3      Eudora     : “Huh dasar, syirik aja liat orang lagi seneng!”
Dialog 4      Tiana        : “Bukannya syirik, cuma ngingetin. Kalo miskin ya miskin aja, nggak usah menghayal yang aneh-aneh deh ma!”
Dialog 5      Eudora      : “Aneh gimana? Orang ngayal kok nggak boleh. Hak asasi dong ah..”
Dialog 6      Tiana        : “Ya udah deh terserah aja. Aku mau makan dulu.”
Dialog 7      Eudora      : “Mau makan apa?  Tanah? Batu? Atau kecoa?”
Dialog 8      Tiana        : “Hah? Maksud mami apa sich? Masa nggak ada makanan sedikitpun? Mami kemanain uang yang aku kasih tiap hari?”
Dialog 9      Eudora      : “So pasti buat mandi padi dong! Eh salah manypady! Hahaaa”
Dialog 10    Tiana        : “Apa?? Emang mami nggak kasian sama Tiana? Tiap hari Tiana udah kerja jungkir balik sampe cungkring kayak gini. Tinggal kulit sama tulang doang!”
Dialog 11    Eudora     : “Woo dasar… dari dulu badanmu emang segitu itu! Nggak usah dibesar-besarin deh! Cungkring ya cungkring aja!”
Tiana yang sedang kesal lalu pergi menuju istana untuk menemui sahabatnya,  Charlotte  yang sangat kaya raya. Charlotte sangat dimanja oleh ibunya ratu Liana , sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang manja.
Dialog 12   Tiana           : (mengetuk pintu kamar Charlotte) “Charlotte… this is Tiana”
Dialog 13    Charlotte      : “Iya bentar.. Dasar Tiana, gangguin gue aja. Orang lagi dandan juga digangguin. Lagian ngapain sich tuh orang malem-malem ke sini” (membuka pintu dan tersenyum)
Dialog 14    Tiana            : (nyelonong masuk kamar) “OMG. Charlotte… Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
Dialog 15    Charlotte      : “Mau ngomong apa sih? Kok kayaknya serius banget?”
Dialog 16    Tiana            : “Aku susah bilangnya…”
Dialog 17    Charlotte      : “Apa sih? Bikin penasaran aja! Kalo mau ngomong ya ngomong aja, enggak usah sungkan gitu. Aku kan sahabat baik kamu.”
Dialog 18    Tiana            : “Sini deh aku bisikin.” (memegang rambut Charlotte)
Dialog 19    Charlotte      : “Gimana sih kamu! Ngapain sich kamu pegang-pegang rambut gue! Jadi berantakan nich! Duh… gimana donk ah?? Pokoknya kamu harus tanggung jawab!”
Dialog 20    Tiana            : “ahh… Jangan marah… Kaburrrrrr…..”
Dialog 21    Charlotte      : “Heh, mau kemana kamu! Dasar Tianaaaaa!”
Dialog 22    Ratu Liana    : “Aduh… anak mami kenapa? Kok teriak-teriak? Siapa yang udah buat anak mama jadi kayak gini”
Dialog 23    Charlotte      : “Ini nich ma, rambut aku jadi berantakan gara-gara Tiana! Padahal kan tadi udah aku creambath, aku sisirin, aku smoothing ma……
Dialog 24    Ratu Liana    : “Sudah…sudah…nggak usah cemberut kayak gitu. Entar enggak cantik kayak mpok nori lagi lho… Ntar malah mirip lagi sama Mpok Ati, emang Charlotte mau punya tampang kayak gitu?”
Dialog 25    Charlotte      : “Jelas nggak mau lah.. Tapi ma, rambut aku jadi berantakan gini. Entar kalo gak ada pangeran yang ngelirik aku gimana donk?”
Dialog 26    Ratu Liana    : “Wah anak mama ternyata udah besar, sekarang mulai mengerti tentang cinta ya? Tenang aja sayang, mama ada kabar genbira untukmu. Kamu pasti senang mendengarnya, tersiar kabar ada seorang pangeran yang singgah ke kota kita, pasti dia akan meminangmu. Mama jamin itu”
Dialog 27    Charlotte      : “Benarkah ma? Siapa nama pangeran itu?”
Dialog 28    Ratu Liana    :“Namanya Pangeran Naveen sayang dia adalah seorang pangeran dari negeri yang teramat makmur kehidupannya.”
Dialog 29    Charlotte      :”Wah namanya aja bagus! Pasti orangnya ganteng ya ma…”
Dialog 30    Ratu Liana    :”Ya sayang, pasti wajahnya guantenge puol.. Lebih ganteng dari justin bieber! Kamu pasti nggak bakalan nyesel deh!’’
Sementara  itu, pangeran yang sedang dibicarakan ternyata telah diculik oleh doctor Facilier ahli voodoo licik yang mengincar harta Charlotte menguasai New Orleans untuk kejahatan.
Dialog 31    Doctor          : “Hahaha… Akhirnya aku bisa menangkapmu Pangeran Naveen! Sekarang tak ada lagi yang bisa menghalangiku untuk mendapatkan harta Charlotte!”
Dialog 32    Pangeran      : “Apa maumu tua Bangka? Seenaknya saja menyekap aku di lubang buaya ini!”
Dialog 33    Doctor          : “Kurang ajar! Dasar anak bau ketek! Beraninya kau berkata seperti itu kepadaku! Kau tak tau siapa aku? Hah?”
Dialog 34    Pangeran      : “Alah palingan juga kamu cuma pengemis tua yang mengincar harta kekayanku! Asal kau tahu saja, aku tak punya uang sepeser pun! Jadi percuma kau menculikku!”
Dialog 35    Doctor          : “Dasar pangeran kere! Modal tampang doang! Berani sekali kau mau merebut calon istriku!”
Dialog 36    Pangeran      : “Calon istri? Siapa maksudmu hah?”
Dialog 37    Doctor          : “Siapa lagi kalau bukan Charlotte! Sudah, pulang saja kau ke negri mu.”
Dialog 38    Pangeran      : “Enak saja kau ngatur-ngatur aku! Enggak sudi aku memenuhi perintahmu!”
Dialog 39    Doctor          : “Hahaha… Baiklah jika kau tak mau menuruti perintahku, kau rasakan sendiri akibatnya…”
                                           (Sang doctor lalu membaca mantra untuk mengubah pangeran menjadi katak…)
                                           “Wes ewes ewes metu kodoke….”
Dialog 40    Pangeran      : “Apa yang mau kau lakukan? Apa yang kau perbuat padaku? Aaaaaaa….” (pangeran berubah menjadi kodok)
Dialog 41    Pangeran      : “Tidakkkkk….. wajahku yang ganteng berubah jadi kodok!” (loncat meninggalkan rawa suram dan pergi menuju istana)
Dialog 42    Doctor          : “Rasakan itu! Kau tak akan pernah berubah menjadi manusia untuk selama lama lama lamanya, dan Putri Charlotte pasti akan menjadi milikku! hahahaaa”
                        Keesokan  harinya, Eudora, ibu Tiana sedang sibuk membuatkan gaun pesta yang akan digunakan Charlotte untuk menemui pangeran.
Dialog 43    Eudora          : “Huh.. Akhirnya selesai juga gaunnya…”
Dialog 44    Tiana            : “Wahh, bagus banget yah gaun buatan mami. Aku coba ya…”
Dialog 45    Eudora          : “Eh jangan, nanti mami bisa dipecel ma Putri Charlotte! Tiana, Jangannnn!”
Dialog 46    Tiana            : “Hehehe”  (masuk ke ruang ganti)
Tak beberapa saat kemudian, Charlotte dan Ratu Liana datang untuk melihat gaun buatan Eudora
Dialog 47    Charlotte      : “Bibi Dora, mana gaun pesananku? Apakah sudah jadi?”
Dialog 48    Eudora          : “ Eeee…itu  gaunnya anu… Eee…”
Dialog 49    Ratu Liana    : “Apa yang terjadi? Dimana gaunnya? Jangan bilang kalau kamu belum menyelesaikannya!”
Dialog 50    Tiana            : “Mi… Liat deh, aku cantik kan pake gaun ini? Pasti aku lebih cantik dari… Char…lot…te…..hee”(sambil menggaruk kepala karena malu)
Dialog 51    Charlotte      : “Apa?? Wajahmu bahkan lebih buruk dari ratu kingkong! Mana mungkin kau lebih cantik dariku! Sini kembalikan gaunku!”
Dialog 52    Tiana            : “Ooo tidak bisa! Gaun ini milikku wekkk…” (berlari kabur)
Dialog 53    Charlotte      : “Hey mau kemana kamu! Tunggu aku gadis cungkring ” (berlari mengejar Tiana)
Dialog 54    Ratu Liana    : “Anak-anak kembali... Eudora liat kelakuan anak kamu! Nggak sopan sama keluarga kerajaan! Apa kamu mau anakmu aku hukum?”
Dialog 55    Eudora          : “Ampun Ratu, saya mohon maafkan Tiana.”
Dialog 56    Ratu Liana    : “Baiklah untuk sekali ini Tiana aku ampuni. Jangan sampai ini terulang kembali!”
Dialog 57    Eudora          : “Terima kasih atas kemurahan hati ratu.”
Tiana yang bertubuh ringan, berlari seperti terbang tertiup angin dan meninggalkan Charlotte jauh di belakangnya. Tibalah Tiana di sebuah Danau di belakang istana.
Dialog 58    Pangeran      : “ Hey kamu.. Tolong aku!”
Dialog 59    Tiana            : “Siapa itu? Kamu dimana?”
Dialog 60    Pangeran      : “Aku dibawahmu! Tolong cium aku!”
Dialog 61    Tiana            : “Apa?? Mencium kodok seperti mu?? Ogah ah….”
Dialog 62    Pangeran      : “Ayo lah cium aku! Sebenarnya aku adalah Pangeran Naveen, pangeran terganteng di seluruh jagat raya! Ayo lah aku akan menikahi mu jika kau mencium ku!”
Dialog 63    Tiana            : “Baiklah kalau begitu…” “Cupp… cup.. cup..”
Beberapa saat kemudian….
Dialog 64    Pangeran      : “loh? Kok nggak berubah?”
Dialog 65    Tiana            : “Aaaaaaa….. Kenapa aku ikut-ikutan jadi kodok? Tidakkkkk….”
Dialog 66    Doctor          : “hahaha…. Dasar pangeran goblok! Nggak bisa mbedain mana yang putri dan mana yang gembel! Dasar anak bau ketek!”
Dialog 67    T&P               : “Webekk.. webekk…”
Dialog 68    Doctor          : “Ngomong apa sih kalian? Nggak ngerti gue! Hahaha… kalian memang pasangan  yang serasi!”

***THE END***

SEBUAH KISAH

lanjutan......


Rrrr…. seperti biasa –dalam beberapa hari ini, udara pagi terasa begitu menusuk kulit. Tempat parkir masih sepi saat aku tiba. Langsung saja aku parkirkan motorku dipojok parkiran –tempat parkir favoritku. Gampang keluarnya saat pulang. Hahaha. :D
            Sekarang ini baru ada 8 atau mungkin 10 kendaraan yang terparkir disini. Sepi. Ku gosok-gosokan kedua telapak tanganku lalu aku masukkan ke dalam saku untuk memperoleh kehangatan. Hmmm…. rasanya tangan ku hampir membeku.
            Ku susuri lorong tempat parkir menuju ke pintu keluar. Disana aku menangkap sosok seseorang yang tak asing bagi ku. Wajahnya tampak murung dan kusut. Ku percepat langkah kaki ku. Tak sabar aku ingin segera menyapanya,
            “Hay, Gus.…” sapa ku lembut sambil menepuk bahunya. Spontan, orang yang aku tepuk bahunya menoleh. Segera aku keluarkan senyum termanisku untuknya. Agus hanya menoleh dan tersenyum kecut. Wajahnya kuyu dan tatapan matanya sendu.
            “Wohohoho…. Kamu kenapa to Gus? Mukamu itu o melas banget. Nggak enak tau  aku ngliatnya. Senyum dong Gus.…” ucapku menggodanya. Biasanya kalau aku menggodanya. Pasti ia akan balas menggodaku. Tapi kali ini Agus tidak bergeming. Dia masih saja diam seribu juta kata.
            Suasana menjadi hening dan kaku. Aku yang tidak terbiasa dalam situasi seperti itu menjadi salah tingkah. Saat aku mulai merasa tidak nyaman dengan kondisi itu, tiba-tiba saja tawa Agus pecah membahana dimana-mana. Begitu lepas dan ceria. Memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa detik yamg lalu. Meski masih heran dengan apa yang terjadi, akupun ikut tertawa bersama Agus. Lalu kami berjalan bersama menuju ke kelas sambil bercanda. Hemmm.… kira-kira apa ya yang membuat Agus ketawa sampe segitunya?? Woo.. apa jangan-jangan Agus ketawa gara-gara aku tadi manyun-manyun gag jelas ya?? Waduhh.… anjlok deh pamor ku! Tapi tak apalah, yang terpenting saat ini aku bisa buat Agus ketawa. Duhh…. senengnya. :)
***
            Suasana kelas tak sehitmat biasanya, seharusnya saat ini kami sedang mengikuti mata pelajaran sejarah. Tapi berhubung guru yang bersangkutan sedang ada urusan, maka hari ini kelas kami dapat undian jam pelajaran kosong dan tanpa tugas! Horey! Hahaha.
            Teman-teman ku begitu menikmati kesempatan yang langka ini. Merka asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang browsing internet, nge-game, curhat, nyanyi bareng and other deh.. Kalau aku sih lagi tertarik ngabisin novel yang kemarin belum sempat aku selesaiin. Sampai dimana ya kemarin aku bacanya??
            Saat tengah sibuk mencari halaman novel terakhir yang kemarin aku baca, terdengar derap langkah kaki menuju ke arahku dan berhenti tepat disampingku. Deg.. tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Aku pun menoleh. Aku melihat tatapan mata tajam yang seakan ingin mencari suatu penjelasan. Aku menelan ludah. Ada apa gerangan?
            “Ra?”
            “Ya? Ada apa ya Rei?”
            “Cowok tadi siapa?”
            “Hah?” jawabku kaget.
            “Dia pacarmu ya?”
            “Ahh.… Reihan. Ada-ada saja, Aku nggak ada apa-apa kok sama Agus.” Jawabku setenang mungkin.
            “Ohhh…. Jadi cowok itu namanya Agus.” Ujarnya.
            “Ada apa to Rei?”
            “Ehh…. Nggak ada apa-apa kok… Ra, aku mau ngomong sesuatu ma kamu..”
            “Mau ngomong apa Rei?”
            “Tapi janji ya kamu nggak bakalan marah  dan benci ma aku?”
“Wew…. Rei? Kesambet jin darimana sih loe? hehe” ujarku sedikit menggoda.
“Aku serius Ra….” katanya datar. Aku berhenti cekikikan.
            “Emang kamu mau ngomong apa sich?” jawab ku sedikit heran.
            “Ra, contekin PR fisika dong…. Gue lupa belom ngerjain nih. Hehe.” Berkembang senyum jahil dari bibirnya.
            “Ancriiitt…. Gue kira loe mau ngomongin apa. Ternyata mau nyontek PR. Sialan loe.”
            “Hahaha…. Kenapa? Kamu deg-deg an ya? Kamu suka aku ya?”
            “Hiiih.… Ogah deh gue suka ma loe!” jawabku jengkel
            “Ra?”
            “Apa?”
            “Aku suka ama kamu….”
            “Reihaaannn…. Uda deh nggak lucu tau bercandanya!”
            “Hahaha. Tuh kan bener loe suka ama gue. Liat tuh muka loe merah. Hahaha”
Aku hanya terdiam. Malas debat ama anak yang satu ini.
            “Ra?”
            “Ada apa lagi sich!” jawabku setengah berteriak.
            “Jadi nggak minjemin PR nya?? Hehe.”
            “Nich.…” kata ku sambil memberikan buku ke Reihan, aku sedikit salah tingkah.
            “Jangan grogi gitu ahh Ra... Hahaha” ujarnya menggoda ku. Aku hanya diam dan mencoba berkonsentrasi untuk menyelesaikan membaca novelku. Meski aku sendiri tak yakin aku bisa berkonsentrasi. Sungguh ini anak benar-benar buat aku salah tingkah. Huuhhh… Nyebelin nyebelin nyebeliiiiiinnnn….
***

to be continued.....

Laman